Kerajaan Hindu-Buddha Di Indonesia
1 Kerajaan Hindu
1.1. Kerajaan Kutai
Tahun
berdiri : 400 M
Letak
: Muara Kaman, Kalimantan Timur (tepi Sungai Mahakam)
Pendiri
: Kudungga
Raja
terkenal : Mulawarman
Peninggalan
kerajaan : Prasasti Yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dan bahasa
Sansekerta. Disebutkan bahwa Kudungga lah pendiri kerajaan ini, sehingga ia
disebut wamsakarta. Ia memiliki 3 orang putra, salah satunya bernama
Mulawarman. Mulawarman inilah raja termasyur yang pernah menyedekahkan 20.000
ekor lembu kepada para brahmana. Untuk memperingati hal itu, para brahmana
mencatatnya dalam Prasasti Yupa.
Nama-nama
Raja Kutai :
1.
Maharaja Kudungga
2.
Maharaja Asmawarman
3.
Maharaja Mulawarman Nala Dewa
4.
Maharaja Sri Aswawarman
5.
Maharaja Marawijaya Warman
6.
Maharaja Gajayana Warman
7.
Maharaja Tungga Warman
8.
Maharaja Jayanaga Warman
9.
Maharaja Nalasinga Warman
10.
Maharaja Nala Parana Tungga
11.
Maharaja Gadingga Warman Dewa
12.
Maharaja Indra Warman Dewa
13.
Maharaja Sangga Warman Dewa
14.
Maharaja Singa Wargala Warman Dewa
15.
Maharaja Candrawarman
16.
Maharaja Prabu Mula Tungga Dewa
17.
Maharaja Nala Indra Dewa
18.
Maharaja Indra Mulya Warman Dewa
19.
Maharaja Sri Langka Dewa
20.
Maharaja Guna Parana Dewa
21.
Maharaja Wijaya Warman
22.
Maharaja Indra Mulya
23.
Maharaja Sri Aji Dewa
24.
Maharaja Mulia Putera
25.
Maharaja Nala Pandita
26.
Maharaja Indra Paruta Dewa
27.
Maharaja Dharma Setia
2.1.2.
Kerajaan Tarumanegara
Tahun
berdiri : Abad V
Letak
: Dekat Desa Batutulis, Jawa Barat
Pendiri
: Purnawarman
Raja
terkenal : Purnawarman
Naskah
Wangsakerta
Penjelasan
tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah
ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah
ini bisa dijadikan rujukan sejarah.
Pada
Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan
oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi
kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kaliCandrabaga.
Maharaja
Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun
ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke
pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda"
digunakan.
Prasasti
Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja
Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa
Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka
Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa
dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak
penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya
sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini,
maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan
Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang
pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan
pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti
mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana?
Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat
penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?
Baik
sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa
Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang
menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda.
Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di
bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari
Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke
Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali
(Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat
pada masa silam.
Kehadiran
Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun
536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi
sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah
bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura
atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun
150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja
Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika
pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara
berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara
adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana
di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan
Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Suryawarman
tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan
lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan
juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M,
misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan,
daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini
tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima
Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih
berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Raja-raja
Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta:
1.
Jayasingawarman 358-38
2.
Dharmayawarman 382-395
3.
Purnawarman 395-434
4.
Wisnuwarman 434-455
5.
Indrawarman 455-515
6.
Candrawarman 515-535
7.
Suryawarman 535-561
8.
Kertawarman 561-628
9.
Sudhawarman 628-639
10.
Hariwangsawarman 639-640
11.
Nagajayawarman 640-666
12.
Linggawarman 666-669
Jakarta kota merupakan bagian perjalanan sejarah yang
tertua kita kenal :
1. Sejak abad ke-5 Kerajaan Tarumanegara
2. Berganti nama menjadi Sunda Kelapa sebagai kota pelabuhan
kerajaan pajajaran sekitar abad ke-12
3. Masa Fatahillah tahun 1527 kawasan ini dirubah nama
menjadi Jayakarta
4. masa dikuasainya kawasan ini oleh Belanda yang kemudian
diberi nama Batavia sekitar tahun 1619.
5. Tahun 1942 berubah lagi menjadi kota Jakarta, sejak
jepang masuk ke indonesia
2.1.3.
Kerajaan Kediri
Berdirinya
: Kerajaan MAtaram Kuno (Medang) diperintah Airlangga dipecah menjadi 2 yaitu:
•
Jenggala
• Kediri
Letak
: Jawa Timur
Raja
terkenal : Airlangga
Pujangga
terkenal : Mpu Kanwa mengarang buku Arjuna Wiwaha
Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh mengarang Buku Baratayuda
Kerajaan
Kadiri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu
terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota
Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Kerajaan
ini merupakan salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045
Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan. Pada
akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena
kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota
baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Tidak
ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa
bagian. Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian.
Tetapi dalam perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut, yaitu
Kediri (Pangjalu) dan Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah kerajaan
mendapat ibukota lama, yaitu Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi
Pangjalu atau dikenal juga sebagai Kerajaan Kediri. Perkembangan Kerajaan
Kediri Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh
menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan
Jenggala ditaklukkan oleh Kediri.
Menurut
Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin
Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala
lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang
sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Wilayah
Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.Tak banyak yang
diketahui peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara
(1116-1136) menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan
demikian, berakhirlah Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri
menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin
Smaradahana, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji.
Nama
Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "Kedi" yang artinya
"Mandul" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan".Menurut
kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, 'Kedi" berarti Orang Kebiri Bidan atau Dukun.
Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah menyamar Guru Tari di Negara Wirata,
bernama "Kedi Wrakantolo".Bila kita hubungkan dengan nama tokoh Dewi
Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "Kedi" berarti Suci atau
Wadad. Disamping itu kata Kediri berasal dari kata "Diri" yang
berarti Adeg, Angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan).
Untuk
itu dapat kita baca pada prasasti "WANUA" tahun 830 saka, yang
diantaranya berbunyi :
- "
Ing Saka 706 cetra nasa danami sakla pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban",
artinya : pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake
Panaraban.
Nama Kediri banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa Jawa Kuno seperti : Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama dan Kitab Calon Arang.Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Kediri seperti : Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo.Dalam prasasti ini menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah, "Tanah Perdikan".
Dalam prasasti itu tertulis "Sri Maharaja Masuk Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan Kabupaten Trenggalek yang berangkat tahun 1116 saka, tepatnya menurut Damais tanggal 31 Agustus 1194.Pada prasasti itu juga menyebutkan nama, Kediri, yang diserang oleh raja dari kerajaan sebelah timur.
"Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo", sehingga raja meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkala nin kentar sangke kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja siniwi ring bhumi kadiri"). Tatkala Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya terkenal hingga sekarang.
Raja-raja Kediri :
1.
Jayaswara
2.
Bameswara
3.
Jayabaya
4.
Sarweswara
5.
Aryeswara
6.
Gandra
7.
Kertajaya
2.1.4. Kerajaan Singasari
Letaknya
: Malang, Jawa Timur
Berdiri
tahun : 1222
Pendiri
: Ken Arok
Raja-raja
Singasari : 1. Ken Arok (1222-1247)
2.
Anuspati (1247-1248)
3.
Tohjoyo (1248)
4.
Ranggawuni (1248-1292)
5.
Kertanegara (1269-1292)
Raja
Terkenal : Kertanegara (dapat menguasai Nusantara)
Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan
besar di Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Kerajaan Singasari
mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang
bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa.
Ken
Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin
oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul
Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya,
Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok,
Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja
Singasari (1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.
Ken Arok
Ketika
di pusat Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana,
semua pendeta melarikan diri ke Tumapel dan dilindungi oleh Ken Arok. Pada
1222, para pendeta Hindu kemudian menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel
dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Adapun nama
kerajaannya ialah Kerajaan Singasari. Berita pembentukan Kerajaan Singasari dan
penobatan Ken Arok menimbulkan kemarahan raja Kediri, Kertajaya. la kemudian
memimpin sendiri pasukan besar untuk menyerang Kerajaan Singasari. Kedua
pasukan bertempur di Desa Ganter pada 1222. Ken Arok berhasil memenangkan
pertempuran dan sejak itu wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri dikuasai oleh
Singasari. Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari hanya lima tahun. Pada
1227 ia dibunuh oleh Anusapati, anak tirinya (hasil perkawinan Tunggul Ametung
dan Ken Dedes). Sepuluh tahun kemudian Anusapati dibunuh oleh saudara tirinya,
Tohjaya (putra Ken Arok dengan Ken Umang).
2.1.5. Kerajaan Majapahit
Letaknya
: Mojokerto, Jawa Timur
Berdiri
: 1292
Pendiri
: Raden Wijaya
Raja-raja
Majapahit : Raden Wijaya, Jayanegara, Hayam Wuruk, Wikramawardana
Raja
terkenal : Hayam Wuruk
Patih
terkenal : Gajah Mada
Pujangga
terkenal : Mpu Tantular
Pemberontakan
di Majapahit ketika Rajanya Jayanegara adalah
1.
Pemberontakan Ranggalawe
2.
Pemberontakan Sora
3.
Pemberontakan Nambi
4.
Pemberontakan Kuti
Majapahit
adalah Kerajaan yang terakhir dan sekaligus yang terbesar di antara kerajaan
Hindu-Buddha di Nusantara. Didahului oleh kerajaan Sriwijaya, yang beribukotakan
Palembang di pulau Sumatra. Kerajaan ini dirintis oleh Raden Wijaya yang
merupakan keturunan keempat dari Ken Arok dan Ken Dedes.
Ken Dedes
|
Ken Arok
|
Sebelum kerajaan Majapahit lahir, telah berdiri terlebih dahulu
pada tahun 1222 Masehi kerajaan Singosari yang pendirinya adalah Ken Arok yang
berpusat di. Malang (Tumapel).
Lambang Kerajaan
Majapahit
Penelusuran terhadap lahirnya kerajaan Majapahit tidak terlepas dari keberadaan kerajaan Singosari Tumapel. Begitupun kalau kita menelusuri awal bersatunya nusantara, tidak bisa terlepas dari kiprah Majapahit. Artinya keberadaan Singosari, Majapahit, dan Nusantara adalah sesuatu yang bersifat integral dan tidak terpisahkan satu sama lain.
Dalam sejarah bangsa Indonesia Majapahit memanglah ‘hanya’ satu di antara banyak kerajaan yang pernah berkembang di dalam tubuh bangsa persatuan yang kini disebut “Indonesia” ini. Walaupun demikian sejarahnya patut disimak dengan cermat karena kelebihannya: cakupan teritorialnya yang paling ekstensif, durasinya yang cukup panjang, serta pancapaian-pencapaian budayanya yang cukup bermakna.
Diawali dengan rintisan di masa Singhasari, yaitu masa Pra Majapahit yang mempunyai kesinambungan dinastik dengan masa Majapahit, Perluasan wilayah dilanjutkan dengan mencakup daerah-daerah yang lebih luas. Pada masa Singhasari negara-negara yang disatukan di bawah koordinasi kewenangan Singhasari adalah: Madhura, Lamajang, Kadiri, Wurawan, Morono, Hring, dan Lwa, semua mengacu pada daerah-daerah di pulau Jawa (timur ) dan Madura.
Untuk lebih jelasnya sebelum mengerti sejarah Majapahit akan diuraikan terlebih dahulu sejarah berdirinya kerajaan Singhasari yang merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit. Sejarah berdirinya Majapahit dimulai dari Perintah dari Raja Singhasari yaitu Kertanagara yang memerintahkan Raden Wijaya untuk menghalau serangan tentara Kadiri di desa Memeling. Raden Wijaya di desa Mameling berhasil menumpas musuh.
Penelusuran terhadap lahirnya kerajaan Majapahit tidak terlepas dari keberadaan kerajaan Singosari Tumapel. Begitupun kalau kita menelusuri awal bersatunya nusantara, tidak bisa terlepas dari kiprah Majapahit. Artinya keberadaan Singosari, Majapahit, dan Nusantara adalah sesuatu yang bersifat integral dan tidak terpisahkan satu sama lain.
Dalam sejarah bangsa Indonesia Majapahit memanglah ‘hanya’ satu di antara banyak kerajaan yang pernah berkembang di dalam tubuh bangsa persatuan yang kini disebut “Indonesia” ini. Walaupun demikian sejarahnya patut disimak dengan cermat karena kelebihannya: cakupan teritorialnya yang paling ekstensif, durasinya yang cukup panjang, serta pancapaian-pencapaian budayanya yang cukup bermakna.
Diawali dengan rintisan di masa Singhasari, yaitu masa Pra Majapahit yang mempunyai kesinambungan dinastik dengan masa Majapahit, Perluasan wilayah dilanjutkan dengan mencakup daerah-daerah yang lebih luas. Pada masa Singhasari negara-negara yang disatukan di bawah koordinasi kewenangan Singhasari adalah: Madhura, Lamajang, Kadiri, Wurawan, Morono, Hring, dan Lwa, semua mengacu pada daerah-daerah di pulau Jawa (timur ) dan Madura.
Untuk lebih jelasnya sebelum mengerti sejarah Majapahit akan diuraikan terlebih dahulu sejarah berdirinya kerajaan Singhasari yang merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit. Sejarah berdirinya Majapahit dimulai dari Perintah dari Raja Singhasari yaitu Kertanagara yang memerintahkan Raden Wijaya untuk menghalau serangan tentara Kadiri di desa Memeling. Raden Wijaya di desa Mameling berhasil menumpas musuh.
Dengan puas tentara
Singosari kembali menuju ibukota, Betapa terkejutnya mereka ketika sampai di
perbatasan sorak sorai tentara musuh yang telah berhasil merusak keraton
Singhasari. Raja Śri Kĕrtānegara gugur, kerajaan Singhasāri berada di bawah
kekuasaan raja Jayakatwang dari Kadiri. Raden Wijaya berusaha menyelamatkan apa
yang masih mungkin bisa diselamatkan, mereka dengan gagah berani menyerbu
kedalam istana, namun karena jumlah tentara kediri yang begitu banyak maka
usaha tersebut tidak berhasil.
Raden Wijaya
kemudian dikepung oleh patih Daha Kebo Mundarang sehingga akhirnya memutuskan
untuk mengundurkan diri. Raden wijaya dengan pengikutnya Lembu Sora, Gajah
Pagon, Medang Dangli, Malusa Wagal, Nambi, Banyak Kapuk, Kebo Kepetengan,
Wirota Wiragati dan Pamandana lari melintasi sawah yang baru habis dibajak.
Ketika hampir tertangkap oleh Patih Mundarang, Raden Wijaya memancal tanah
bajakan sehingga jatuh didada dan dahi ki Patih ,Raden Wijaya pun berhasil
lolos dari kejaran musuh.
Wilayah Kekuasaan
Majapahit.
Wilayah Majapahit
|
Setelah beristirahat sejenak Raden Wijaya kemudian membagi-bagikan celana
gringsing kepada pengikut-pengikutnya tiap orang sehelai dan diperintahkan
ngamuk, Pada waktu menjelang malam ketika tentara Kediri sedang berpesta pora
Raden Wijaya dan para pengikutnya kembali lagi masuk kedalam keraton
Singhasari.
Putri Kertanegara yang bungsu yaitu Gayatri ditawan oleh muduh dan dibawa
ke Kediri sedangkan putri yang sulung yaitu Tribuaneswari berhasil diselamatkan
oleh Raden Wijaya. Atas nasehat Lembu Sora, Raden Wijaya bersama Putri dan para
pengikutnya kemudian mundur ke luar kota menuju arah utara karena tidak ada
gunanya melanjutkan perang yang pasti akan membawa kekalahan karena jumlah
tentara Kediri jauh lebih besar.
2.2. Kerajaan Buddha
Perahu Sriwijaya
|
2.2.1.
Kerajaan Sriwijaya
Letaknya
: Palembang, Sumatra Selatan
Berdiri
: abad VII
Raja
terkenal : Bala Putradewa
Peninggalan
Kerajaan Sriwijaya : Candi Muara Takus, Biara Bahal di Padang
Nama
Guru Agama Budha : Sakyakerti
Masa
kejayaan Sriwijaya : Sriwijaya sebagai kerajaan Maritim
Sriwijaya
sebagai pusat perdagangan
Sriwijaya
sebagai pusat pendidikan
Sebagai
pusat agama Budha
Kerajaan
Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena
Sriwijayaadalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di
Asia Tenggara padawaktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai
puncakkebesarannya sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan
Sriwijayaselain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina,
India, Arab, Persia.
Kerajaan
Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang diSumatra
Pengaruhnya amat besar di atas semenanjungmalayasia dan Pilipina.
KuasaSriwijaya merosot pada abad ke-11.Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk
berbagai kerajaanJawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan
akhirnya oleh kerajaan KerajaanMajapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara
tidak didokumentasikan dengan baik.Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari
orang luar, prasasti dan penemuan arkaelogi,artifak seperti patung dan lukisan,
dan hikayat
Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :
Dapunta
Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
Maharaja (berita Arab, 851 M)
Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
Maharaja (berita Arab, 851 M)
Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
Rajanya ngaco
BalasHapuskok tidak ada mataram kuno dan medang kamulan ya?
BalasHapustapi terimakasih sudah bagus dan lengkap
bagus artikelnya....
BalasHapus
sangat bermanfaat
trimakasih.