KERAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA


Kerajaan Hindu-Buddha Di Indonesia
1 Kerajaan Hindu
1.1. Kerajaan Kutai

Tahun berdiri : 400 M
Letak : Muara Kaman, Kalimantan Timur (tepi Sungai Mahakam)
Pendiri : Kudungga
Raja terkenal : Mulawarman
Peninggalan kerajaan : Prasasti Yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dan bahasa Sansekerta. Disebutkan bahwa Kudungga lah pendiri kerajaan ini, sehingga ia disebut wamsakarta. Ia memiliki 3 orang putra, salah satunya bernama Mulawarman. Mulawarman inilah raja termasyur yang pernah menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada para brahmana. Untuk memperingati hal itu, para brahmana mencatatnya dalam Prasasti Yupa.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRJne-TJAB_UQqydddvrmd74Lmdtruba_AMZ3Cp3gorEpc4FNMcUXoZc6yv-ihz2fBO6uUrHmyBTA2-Dg53JEh26XqPMgGFkkFm8fvPIA-4oJW495mXQGG_5RSoSPrFmhzps4Ypv8AAYab/s400/raja+Kutai.jpg
Nama-nama Raja Kutai :
1. Maharaja Kudungga
2. Maharaja Asmawarman
3. Maharaja Mulawarman Nala Dewa
4. Maharaja Sri Aswawarman
5. Maharaja Marawijaya Warman
6. Maharaja Gajayana Warman
7. Maharaja Tungga Warman
8. Maharaja Jayanaga Warman
9. Maharaja Nalasinga Warman
10. Maharaja Nala Parana Tungga
11. Maharaja Gadingga Warman Dewa
12. Maharaja Indra Warman Dewa
13. Maharaja Sangga Warman Dewa
14. Maharaja Singa Wargala Warman Dewa
15. Maharaja Candrawarman
16. Maharaja Prabu Mula Tungga Dewa
17. Maharaja Nala Indra Dewa
18. Maharaja Indra Mulya Warman Dewa
19. Maharaja Sri Langka Dewa
20. Maharaja Guna Parana Dewa
21. Maharaja Wijaya Warman
22. Maharaja Indra Mulya
23. Maharaja Sri Aji Dewa
24. Maharaja Mulia Putera
25. Maharaja Nala Pandita
26. Maharaja Indra Paruta Dewa
27. Maharaja Dharma Setia

2.1.2. Kerajaan Tarumanegara
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUAlNWbZItfbUUY0OKl-3dCDEX5t5-h3aW8bBo4VXnwt8slRXKgbf9AceCfn1d9RTYvNEyAdePpC_z9Lrd-H7R68x2GfWRr3uX5lPtC56mSX-tRtY0oOE4Kz7g-AuEJ6OBTH8dis5ZqIkl/s320/batavia.jpg
Tahun berdiri : Abad V
Letak : Dekat Desa Batutulis, Jawa Barat
Pendiri : Purnawarman
Raja terkenal : Purnawarman

Naskah Wangsakerta
Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah.
Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kaliCandrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta:
1. Jayasingawarman 358-38
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669

Jakarta kota merupakan bagian perjalanan sejarah yang tertua kita kenal :
1. Sejak abad ke-5 Kerajaan Tarumanegara
2. Berganti nama menjadi Sunda Kelapa sebagai kota pelabuhan kerajaan pajajaran sekitar abad ke-12
3. Masa Fatahillah tahun 1527 kawasan ini dirubah nama menjadi Jayakarta
4. masa dikuasainya kawasan ini oleh Belanda yang kemudian diberi nama Batavia sekitar tahun 1619.
5. Tahun 1942 berubah lagi menjadi kota Jakarta, sejak jepang masuk ke indonesia


2.1.3. Kerajaan Kediri
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTFtCWzYUEjUF8T4EduyRy5qsCfiTO9Sb6LBjz_Ffg6A__Yvjaxp_UU-4ee_MEHbmKerLCeWXbTjRnGcDHuoumlqQn4xPjDTk629_6NL0K9M8327xjyziSiPxJUEAMRRtSY8vkQzU_wZiq/s1600/airlangga.jpg

Berdirinya : Kerajaan MAtaram Kuno (Medang) diperintah Airlangga dipecah menjadi 2 yaitu:
• Jenggala
 Kediri
Letak : Jawa Timur
Raja terkenal : Airlangga
Pujangga terkenal : Mpu Kanwa mengarang buku Arjuna Wiwaha
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh mengarang Buku Baratayuda

Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Kerajaan ini merupakan salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045 Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Tidak ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa bagian. Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian. Tetapi dalam perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut, yaitu Kediri (Pangjalu) dan Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi Pangjalu atau dikenal juga sebagai Kerajaan Kediri. Perkembangan Kerajaan Kediri Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggalahttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp2xNso2tLul_qAMil0TQnPIbPvRE3kCi01wVC4c5Dazzu1sqpWj1hq0H8ouCMikdItz1eCPMoojRJQsp4zaCh4NwajECzbtY7vVaPMOHR-cR6AaFwSR5e1N_XwvkqEQii2MUSPOz5fQ8/s320/jayabaya4.JPG.

Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.Tak banyak yang diketahui peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji.
Nama Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "Kedi" yang artinya "Mandul" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan".Menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, 'Kedi" berarti Orang Kebiri Bidan atau Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah menyamar Guru Tari di Negara Wirata, bernama "Kedi Wrakantolo".Bila kita hubungkan dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "Kedi" berarti Suci atau Wadad. Disamping itu kata Kediri berasal dari kata "Diri" yang berarti Adeg, Angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan).
Untuk itu dapat kita baca pada prasasti "WANUA" tahun 830 saka, yang diantaranya berbunyi :
  • " Ing Saka 706 cetra nasa danami sakla pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban", artinya : pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake Panaraban.

Nama Kediri banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa Jawa Kuno seperti : Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama dan Kitab Calon Arang.Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Kediri seperti : Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo.Dalam prasasti ini menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah, "Tanah Perdikan".

Dalam prasasti itu tertulis "Sri Maharaja Masuk Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan Kabupaten Trenggalek yang berangkat tahun 1116 saka, tepatnya menurut Damais tanggal 31 Agustus 1194.Pada prasasti itu juga menyebutkan nama, Kediri, yang diserang oleh raja dari kerajaan sebelah timur.

"Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo", sehingga raja meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkala nin kentar sangke kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja siniwi ring bhumi kadiri"). Tatkala Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya terkenal hingga sekarang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtpcJcvianuEkq9yRWra6llNd3iMVYCTdamwUr7XDNM2kCqch_MwrM4sLvD08ZEQN-Z8feKKuz5ataVtOnILxwix79stYEO3xyLYlU3RqzSi_uey00kDX3FOOqCW24LgAHIdfUYBsYEByw/s200/images.jpg
Raja-raja Kediri :
1. Jayaswara
2. Bameswara
3. Jayabaya
4. Sarweswara
5. Aryeswara
6. Gandra
7. Kertajaya



2.1.4. Kerajaan Singasari
Letaknya : Malang, Jawa Timur
Berdiri tahun : 1222
Pendiri : Ken Arok
Raja-raja Singasari : 1. Ken Arok (1222-1247)
2. Anuspati (1247-1248)
3. Tohjoyo (1248)
4. Ranggawuni (1248-1292)
5. Kertanegara (1269-1292)
Raja Terkenal : Kertanegara (dapat menguasai Nusantara)
Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa.


Ken Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singasari (1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.
Ken Arok
Ketika di pusat Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana, semua pendeta melarikan diri ke Tumapel dan dilindungi oleh Ken Arok. Pada 1222, para pendeta Hindu kemudian menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Adapun nama kerajaannya ialah Kerajaan Singasari. Berita pembentukan Kerajaan Singasari dan penobatan Ken Arok menimbulkan kemarahan raja Kediri, Kertajaya. la kemudian memimpin sendiri pasukan besar untuk menyerang Kerajaan Singasari. Kedua pasukan bertempur di Desa Ganter pada 1222. Ken Arok berhasil memenangkan pertempuran dan sejak itu wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri dikuasai oleh Singasari. Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari hanya lima tahun. Pada 1227 ia dibunuh oleh Anusapati, anak tirinya (hasil perkawinan Tunggul Ametung dan Ken Dedes). Sepuluh tahun kemudian Anusapati dibunuh oleh saudara tirinya, Tohjaya (putra Ken Arok dengan Ken Umang).

2.1.5. Kerajaan Majapahit

Letaknya : Mojokerto, Jawa Timur
Berdiri : 1292
Pendiri : Raden Wijaya
Raja-raja Majapahit : Raden Wijaya, Jayanegara, Hayam Wuruk, Wikramawardana
Raja terkenal : Hayam Wuruk
Patih terkenal : Gajah Mada
Pujangga terkenal : Mpu Tantular
Pemberontakan di Majapahit ketika Rajanya Jayanegara adalah
1. Pemberontakan Ranggalawe
2. Pemberontakan Sora
3. Pemberontakan Nambi
4. Pemberontakan Kuti 
Majapahit adalah Kerajaan yang terakhir dan sekaligus yang terbesar di antara kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara. Didahului oleh kerajaan Sriwijaya, yang beribukotakan Palembang di pulau Sumatra. Kerajaan ini dirintis oleh Raden Wijaya yang merupakan keturunan keempat dari Ken Arok dan Ken Dedes.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLx4m_Bev1BE6wCakQobOy6yJAmUusnKdH5Y_jihEMEdFb4c-5XLMgHejXloFAgnWLRQGWw8bDt4ZxUx8AOcsTdoWlYzUrGhIuWaWlM8KLLnct_myyXkPhGJP3rjK9Ct5V2ItGCW8GWx0K/s320/http-rusdimathari-wordpress-com-2008-02-28-percakapan-dengan-ken-dedes.jpg
Ken Dedes

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDQyBW9xorZ3ZgE-WEtkdGo8fuSRMdJAqePBPyxG312UK-y0Ttzxio_BW3RIH_hZFF8VFIC5ICrdOuLwZ2GkyVtS_jsgUdGOAMOjQxSiIECbdMdU47eWrW4AG0FYkoQM_EH3hVvwe3-lfS/s320/ken-arok4.jpg
Ken Arok
     Sebelum kerajaan Majapahit lahir, telah berdiri terlebih dahulu pada tahun 1222 Masehi kerajaan Singosari yang pendirinya adalah Ken Arok yang berpusat di. Malang (Tumapel).
Lambang Kerajaan Majapahit
      Penelusuran terhadap lahirnya kerajaan Majapahit tidak terlepas dari keberadaan kerajaan Singosari Tumapel. Begitupun kalau kita menelusuri awal bersatunya nusantara, tidak bisa terlepas dari kiprah Majapahit. Artinya keberadaan Singosari, Majapahit, dan Nusantara adalah sesuatu yang bersifat integral dan tidak terpisahkan satu sama lain.
      Dalam sejarah bangsa Indonesia Majapahit memanglah ‘hanya’ satu di antara banyak kerajaan yang pernah berkembang di dalam tubuh bangsa persatuan yang kini disebut “Indonesia” ini. Walaupun demikian sejarahnya patut disimak dengan cermat karena kelebihannya: cakupan teritorialnya yang paling ekstensif, durasinya yang cukup panjang, serta pancapaian-pencapaian budayanya yang cukup bermakna.
     Diawali dengan rintisan di masa Singhasari, yaitu masa Pra Majapahit yang mempunyai kesinambungan dinastik dengan masa Majapahit, Perluasan wilayah dilanjutkan dengan mencakup daerah-daerah yang lebih luas. Pada masa Singhasari negara-negara yang disatukan di bawah koordinasi kewenangan Singhasari adalah: Madhura, Lamajang, Kadiri, Wurawan, Morono, Hring, dan Lwa, semua mengacu pada daerah-daerah di pulau Jawa (timur ) dan Madura.
 Untuk lebih jelasnya sebelum mengerti sejarah Majapahit akan diuraikan terlebih dahulu sejarah berdirinya kerajaan Singhasari yang merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit. Sejarah berdirinya Majapahit dimulai dari Perintah dari Raja Singhasari yaitu Kertanagara yang memerintahkan Raden Wijaya untuk menghalau serangan tentara Kadiri di desa Memeling. Raden Wijaya di desa Mameling berhasil menumpas musuh.
Dengan puas tentara Singosari kembali menuju ibukota, Betapa terkejutnya mereka ketika sampai di perbatasan sorak sorai tentara musuh yang telah berhasil merusak keraton Singhasari. Raja Śri Kĕrtānegara gugur, kerajaan Singhasāri berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari Kadiri. Raden Wijaya berusaha menyelamatkan apa yang masih mungkin bisa diselamatkan, mereka dengan gagah berani menyerbu kedalam istana, namun karena jumlah tentara kediri yang begitu banyak maka usaha tersebut tidak berhasil.
Raden Wijaya kemudian dikepung oleh patih Daha Kebo Mundarang sehingga akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Raden wijaya dengan pengikutnya Lembu Sora, Gajah Pagon, Medang Dangli, Malusa Wagal, Nambi, Banyak Kapuk, Kebo Kepetengan, Wirota Wiragati dan Pamandana lari melintasi sawah yang baru habis dibajak. Ketika hampir tertangkap oleh Patih Mundarang, Raden Wijaya memancal tanah bajakan sehingga jatuh didada dan dahi ki Patih ,Raden Wijaya pun berhasil lolos dari kejaran musuh.
Wilayah Kekuasaan Majapahit.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIau-xWOkuNsr_cmM2oodtX8UTt0Ar2KdSwuUC-a9QQFhmx9PS7h3rMJh-Z0e3k56JQ-RlENQIG8swO5c1SR9-ok7aTboy0hfJqnTk9Gbfe7FOw2GKMPrbmE1DB4G7w4Te_dSrLd_ibAu9/s320/gbr4.jpg
Wilayah Majapahit
     Setelah beristirahat sejenak Raden Wijaya kemudian membagi-bagikan celana gringsing kepada pengikut-pengikutnya tiap orang sehelai dan diperintahkan ngamuk, Pada waktu menjelang malam ketika tentara Kediri sedang berpesta pora Raden Wijaya dan para pengikutnya kembali lagi masuk kedalam keraton Singhasari.
     Putri Kertanegara yang bungsu yaitu Gayatri ditawan oleh muduh dan dibawa ke Kediri sedangkan putri yang sulung yaitu Tribuaneswari berhasil diselamatkan oleh Raden Wijaya. Atas nasehat Lembu Sora, Raden Wijaya bersama Putri dan para pengikutnya kemudian mundur ke luar kota menuju arah utara karena tidak ada gunanya melanjutkan perang yang pasti akan membawa kekalahan karena jumlah tentara Kediri jauh lebih besar.
2.2. Kerajaan Buddha

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSnfXoqT-qBpwAZuZ8VgWgyN2_6kyGQ9Kc4u-Olvciv1wDwwmmBfwgP__xZFchvAFIoEdX3t2BMfBd6yUGFlC0fVLfrIaVP3XXQOwPFBFNfsfRelcODnkbT2miQx8eZx8hWlx9ZU2GzUzm/s1600/prahu-kerajaan-sriwijaya.jpg
Perahu Sriwijaya
2.2.1. Kerajaan Sriwijaya
Letaknya : Palembang, Sumatra Selatan
Berdiri : abad VII
Raja terkenal : Bala Putradewa
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya : Candi Muara Takus, Biara Bahal di Padang
Nama Guru Agama Budha : Sakyakerti
Masa kejayaan Sriwijaya : Sriwijaya sebagai kerajaan Maritim
Sriwijaya sebagai pusat perdagangan
Sriwijaya sebagai pusat pendidikan
Sebagai pusat agama Budha

Kerajaan Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijayaadalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara padawaktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncakkebesarannya sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijayaselain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, Persia.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang diSumatra Pengaruhnya amat besar di atas semenanjungmalayasia dan Pilipina. KuasaSriwijaya merosot pada abad ke-11.Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai kerajaanJawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan KerajaanMajapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik.Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan arkaelogi,artifak seperti patung dan lukisan, dan hikayat
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLnShVgTU3CSle2AYi1Ai1yKscA8t6OqKslnYVusG9DuQ-K336C9WZQ0wsmaXbN-XvLbW8yAqrLyUeAIhQqtgjZyOdsTx-dGawg2X7aDF-ZXFuqKltVzRGw6sI4AAHqsL1nwKSLGH6Avps/s640/sriwijaya+kuno+kanvas.jpg
Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :
Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
Maharaja (berita Arab, 851 M)
Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)

3 komentar: